Harga Minyak

Harga Minyak Dunia Menguat Usai Stok AS Menyusut Tajam

Harga Minyak Dunia Menguat Usai Stok AS Menyusut Tajam
Harga Minyak Dunia Menguat Usai Stok AS Menyusut Tajam

JAKARTA - Harga minyak dunia kembali mengalami kenaikan pada perdagangan, setelah laporan pemerintah Amerika Serikat (AS) menunjukkan penurunan tajam pada stok minyak mentah dan bahan bakar. Kabar ini memicu optimisme di pasar energi global yang selama beberapa pekan terakhir dibayangi kekhawatiran akan kelebihan pasokan.

Kenaikan harga minyak juga diperkuat oleh sentimen positif menjelang pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping, yang diharapkan dapat meredakan ketegangan dagang kedua negara.

Harga minyak Brent naik 0,8% menjadi US$64,92 per barel, sedangkan West Texas Intermediate (WTI) menguat 0,6% menjadi US$60,48 per barel. Lonjakan ini menjadi sinyal bahwa pelaku pasar mulai melihat potensi pemulihan permintaan minyak, di tengah dinamika geopolitik dan kebijakan moneter global.

Stok Minyak dan Bahan Bakar AS Turun Lebih Dalam dari Perkiraan

Kenaikan harga minyak tidak lepas dari laporan U.S. Energy Information Administration (EIA) yang mencatat penurunan besar pada persediaan energi AS.
Data EIA menunjukkan stok minyak mentah, bensin, dan bahan bakar sulingan semuanya turun lebih dalam dibandingkan dengan proyeksi analis.

Secara spesifik, stok minyak mentah AS anjlok hampir tujuh juta barel, jauh di bawah ekspektasi penurunan sebesar 211.000 barel. Angka ini mengejutkan pasar, karena sebelumnya pelaku industri memperkirakan pasokan global masih berlebih akibat peningkatan produksi dari kelompok Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan Sekutunya (OPEC+).

“Di mana kelebihan pasokannya?” ujar Phil Flynn, analis dari Price Futures Group, menanggapi kondisi tersebut.

“Semakin lama surplus itu tidak muncul, semakin besar kita akan mempertanyakan apakah benar-benar ada kelebihan pasokan,” tambahnya.

Pernyataan Flynn memperlihatkan adanya perubahan persepsi di kalangan analis, bahwa situasi pasokan global mungkin tidak seburuk yang sebelumnya diperkirakan. Jika tren penurunan stok ini terus berlanjut, maka harga minyak berpotensi melanjutkan penguatannya dalam jangka pendek.

Optimisme Global Tumbuh Menjelang Pertemuan Trump–Xi

Selain faktor fundamental dari sisi pasokan, sentimen geopolitik juga memberikan dorongan positif terhadap harga minyak.
Presiden Donald Trump menyampaikan optimisme bahwa pertemuannya dengan Presiden Xi Jinping akan menghasilkan hasil yang konstruktif bagi hubungan dagang kedua negara.

Keyakinan ini muncul tidak lama setelah tercapainya kesepakatan dagang antara AS dan Korea Selatan, yang dinilai sebagai langkah awal menuju stabilitas perdagangan global.
Nada positif tersebut membantu meredakan kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi dunia yang selama ini menekan permintaan energi dan harga komoditas utama, termasuk minyak.

Pasar merespons dengan positif, karena setiap tanda perdamaian dagang antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia sering kali dianggap sebagai sinyal pemulihan aktivitas industri dan konsumsi energi.

Kenaikan harga minyak juga dipicu oleh harapan bahwa pemerintah China dan AS dapat mencapai kesepahaman baru, terutama dalam hal tarif impor dan ekspor yang memengaruhi sektor energi global.

Kebijakan Moneter AS Masih Jadi Faktor Penentu

Meski sentimen pasar tampak membaik, beberapa risiko makroekonomi tetap membayangi pergerakan harga minyak. Salah satunya datang dari kebijakan moneter Amerika Serikat.
Federal Reserve (The Fed) baru-baru ini memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin, sesuai dengan ekspektasi pasar.

Namun, Ketua The Fed Jerome Powell memberikan nada hati-hati dalam pernyataannya mengenai arah kebijakan suku bunga berikutnya. Ia menegaskan bahwa meski pelonggaran kebijakan dilakukan untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi, bank sentral akan tetap berhati-hati dalam menghadapi tekanan inflasi dan volatilitas global.

Sikap hati-hati tersebut menahan sebagian euforia pasar. Meski begitu, langkah pemangkasan suku bunga tetap dianggap positif bagi pasar minyak, karena dapat menstimulasi permintaan energi melalui peningkatan aktivitas ekonomi.

“Pemangkasan suku bunga The Fed memberi sinyal dukungan bagi pertumbuhan ekonomi, yang pada akhirnya memperkuat permintaan minyak,” ujar salah satu analis energi di Reuters.

Fundamental Pasar Mulai Seimbang, Harga Berpotensi Menguat

Kombinasi antara penurunan stok minyak, potensi perbaikan hubungan dagang global, dan pelonggaran kebijakan moneter menciptakan kondisi yang lebih stabil bagi pasar energi.
Sejumlah analis memperkirakan, jika tren penurunan stok minyak AS terus berlanjut dalam beberapa minggu ke depan, harga minyak Brent dapat menembus level psikologis US$65 per barel, sementara WTI bisa bergerak stabil di atas US$60 per barel.

Namun, tantangan masih tetap ada. Kenaikan produksi dari OPEC+ dan potensi peningkatan output shale oil AS bisa kembali menekan harga jika permintaan global tidak tumbuh sesuai harapan.

Meski demikian, arah pasar saat ini menunjukkan kecenderungan positif. Optimisme investor meningkat seiring keyakinan bahwa keseimbangan antara permintaan dan pasokan mulai terbentuk setelah berbulan-bulan mengalami tekanan dari sisi suplai berlebih.

Sentimen Positif Bantu Minyak Pulih dari Tekanan

Kenaikan harga minyak dunia pada pekan ini menjadi sinyal awal pemulihan sektor energi global.
Penurunan tajam stok minyak AS menjadi faktor kunci yang memperkuat keyakinan bahwa pasar minyak mulai memasuki fase keseimbangan baru setelah lama dihantui kekhawatiran kelebihan pasokan.

Dukungan tambahan datang dari optimisme geopolitik dan kebijakan moneter yang akomodatif, yang bersama-sama mendorong sentimen positif di pasar.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index