Harga Minyak Dunia Menguat, Brent Sentuh USD65 per Barel

Sabtu, 01 November 2025 | 11:59:56 WIB
Harga Minyak Dunia Menguat, Brent Sentuh USD65 per Barel

JAKARTA - Harga minyak mentah dunia kembali mencatatkan penguatan pada perdagangan Jumat waktu setempat, setelah sehari sebelumnya mengalami penurunan tajam. Kenaikan harga ini menunjukkan adanya pergerakan positif di pasar energi global menjelang pertemuan penting negara-negara produsen minyak (OPEC+) akhir pekan ini.

Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember naik 41 sen atau 0,68 persen, menjadi USD60,98 per barel di New York Mercantile Exchange. Sementara itu, harga minyak mentah Brent untuk pengiriman Desember juga mengalami kenaikan tipis sebesar tujuh sen atau 0,11 persen, sehingga berada di level USD65,07 per barel di London ICE Futures Exchange.

Kenaikan harga tersebut dipengaruhi oleh kombinasi antara faktor fundamental pasar dan ekspektasi kebijakan baru dari negara-negara penghasil minyak utama dunia.

OPEC+ Dorong Kenaikan Produksi untuk Rebut Pangsa Pasar

Salah satu faktor penting di balik pergerakan harga minyak dunia kali ini adalah strategi Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) bersama mitra non-OPEC (OPEC+). Kelompok tersebut dilaporkan tengah berupaya meningkatkan produksi demi memperkuat pangsa pasar global mereka.

Langkah ini diambil di tengah dinamika pasar energi yang semakin kompetitif. Peningkatan pasokan diperkirakan akan membantu menstabilkan pasar sekaligus meredam dampak sanksi Barat terhadap ekspor minyak Rusia ke pembeli utamanya seperti Tiongkok dan India.

Menurut sumber yang mengetahui pembicaraan internal OPEC+, kelompok ini kemungkinan akan meningkatkan produksi secara moderat pada Desember mendatang. Keputusan resmi mengenai hal itu akan dibahas dalam pertemuan OPEC+ pada Minggu.

Kedelapan anggota utama OPEC+ disebut telah menaikkan target produksi dengan total lebih dari 2,7 juta barel per hari, atau sekitar 2,5 persen dari pasokan minyak global. Kenaikan bertahap ini mencerminkan strategi hati-hati OPEC+ untuk menjaga keseimbangan antara permintaan global dan stabilitas harga.

Arab Saudi Catat Ekspor Tertinggi dalam Enam Bulan

Data terbaru dari Joint Organizations Data Initiative (JODI) menunjukkan bahwa ekspor minyak mentah dari Arab Saudi – eksportir minyak terbesar dunia – telah mencapai level tertinggi dalam enam bulan terakhir.

Negeri kerajaan itu mengirimkan 6,407 juta barel per hari, mencatat peningkatan signifikan dibanding bulan sebelumnya. Tren kenaikan ini diyakini akan berlanjut seiring dengan meningkatnya permintaan energi global, terutama menjelang musim dingin di belahan bumi utara.

Kinerja ekspor Arab Saudi menjadi sinyal bahwa negara-negara Timur Tengah siap memanfaatkan momentum pemulihan permintaan untuk memperkuat posisi mereka di pasar internasional.

Sanksi Barat dan Dampaknya terhadap Pasar Global

Kondisi geopolitik masih menjadi variabel penting dalam menentukan arah harga minyak dunia. Sanksi ekonomi yang dijatuhkan negara-negara Barat terhadap Rusia terus memengaruhi arus perdagangan global, terutama untuk pasokan minyak mentah ke Asia.

Tiongkok dan India, yang selama ini menjadi pelanggan utama minyak Rusia, menghadapi hambatan dalam proses pembelian akibat pembatasan keuangan dan logistik. Situasi ini memberi ruang bagi negara-negara OPEC dan sekutunya untuk meningkatkan ekspor mereka guna mengisi kekosongan pasokan yang ditinggalkan Rusia.

Meskipun demikian, beberapa analis memperingatkan bahwa peningkatan pasokan yang terlalu cepat dapat menekan harga kembali turun, terutama jika permintaan global belum sepenuhnya pulih. Oleh karena itu, langkah moderat OPEC+ dalam menaikkan produksi dianggap sebagai strategi yang relatif aman untuk menjaga stabilitas pasar.

Harapan Pasar terhadap Keseimbangan Baru

Kenaikan harga minyak dunia kali ini menjadi indikasi bahwa pasar masih menaruh harapan terhadap keseimbangan baru antara permintaan dan pasokan. Meskipun penguatan harga masih terbatas, tren ini menandakan optimisme bahwa tekanan pasokan berlebih dapat diredam dalam jangka pendek.

Beberapa analis memperkirakan harga minyak Brent dapat bertahan di kisaran USD64–66 per barel dalam beberapa minggu ke depan, tergantung pada hasil keputusan OPEC+ dan perkembangan ekonomi global.

Selain itu, peningkatan konsumsi bahan bakar di Amerika Serikat dan Eropa juga menjadi faktor pendukung, terutama menjelang musim dingin yang biasanya mendorong lonjakan permintaan energi.

Outlook Jangka Pendek: Waspada terhadap Volatilitas

Meski harga minyak menunjukkan penguatan, volatilitas pasar masih tinggi. Ketidakpastian global seperti konflik geopolitik, kebijakan suku bunga bank sentral, dan pergerakan dolar AS tetap menjadi risiko utama bagi harga komoditas energi ini.

Para pelaku pasar kini menanti arah kebijakan lanjutan dari OPEC+ serta sinyal ekonomi dari Tiongkok, yang merupakan salah satu konsumen minyak terbesar dunia. Jika ekonomi Tiongkok menunjukkan pemulihan yang solid, maka permintaan minyak berpotensi meningkat lebih jauh dan mendorong harga ke level yang lebih tinggi.

Namun, jika pertumbuhan global melambat atau produksi minyak meningkat terlalu cepat, harga bisa kembali tertekan.

Terkini

Mario Aji Diperpanjang Honda Team Asia, Siap Buktikan Diri

Sabtu, 01 November 2025 | 14:03:20 WIB

Luciano Spalletti Bawa Mantan Asisten Sarri ke Juventus

Sabtu, 01 November 2025 | 14:03:11 WIB

Veda Ega Pratama Resmi Debut Moto3, Siap Ukir Sejarah

Sabtu, 01 November 2025 | 14:02:29 WIB

Bojan Hodak Waspadai Bali United Jelang Laga Panas

Sabtu, 01 November 2025 | 14:01:32 WIB